Pengertian, Peran, Komponen, dan Bentuk Budaya Politik
A.
PENGERTIAN BUDAYA POLITIK
Budaya itu sendiri erat kaitannya
dengan sikap, pola pikir, perilaku, dan juga peralatan seperti alat komunikasi,
yang mana budaya ini dapat berlaku terhadap personal (perorangan), kelompok,
komunitas, paguyuban, dan bangsa. Sedangkan politik berkaitan dengan
pemerintahan dan kebijakan-kebijakannya. Budaya politik adalah sikap dan perilaku individu atau kelompok terhadap kehidupan politik yang terkait dengan tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat, yang menyangkut masalah aturan/kebijakan, kekuasaan, dan wewenang. Dengan kata lain, politik disini mementingkan tujuan bersama, bukan tujuan individual. Sistem politik yang dipakai juga beragam, seperti sistem politik tradisional, transisional (peralihan), dan modern.
B.
PERAN BUDAYA POLITIK
Bentuk budaya politik yang terbaik
merupakan budaya politik partisipatif, yang mana budaya politik ini merupakan
budaya politik yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk
berpartisipasi atau ikut secara aktif dalam kehidupan politik.
1.
Kegiatan organisasi
Peran ini dilakukan sebagai
anggota atau pemimpin dalam sebuah organisasi, yang tujuannya dapat memberikan
andil dalam mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah.
Contohnya adalah organisasi yang terdapat di kampus-kampus yang melakukan demo
terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berkenan dengan keadaan dan
keinginan dari masyarakat. Tindakan ini tentunya memiliki pemimpin yang
melakukan orasi atau disebut dengan orator, dan juga massa yang mengikuti.
2.
Kegiatan pemilihan
Peran ini merupakan kegiatan yang
akan mempengaruhi hasil proses dari pemikiran. Seperti memberikan suara pada
pemilihan kepala dalam skala daerah maupun nasional, sumbangan untuk kampanye,
mencari dukungan bagi seorang calon pemimpin seperti tim sukses, bekerja dalam
suatu pemilihan seperti menjadi panitia pemilihan.
3. Lobbying
Peran ini mencakup upaya individu
atau sekelompok orang yang menghubungi petinggi pemerintah maupun politik,
untuk mempengaruhi keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang menyangkut
sebagian besar populasi.
4.
Mencari koneksi
Peran ini mencakup upaya individu
yang ditujukan terhadap pejabat pemerintah, untuk memperoleh manfaat yang
biasanya ditujukan terhadap individu lainnya (hanya satu orang)
5.
Tindakan kekerasan
Peran ini merupakan upaya untuk
mempengaruhi keputusan yang diambil pemerintah dengan cara menimbulkan kerugian
fisik terhadap orang dan juga harta bendanya.C. KOMPONEN BUDAYA POLITIK
1. Orientasi afektif
Merupakan perasaan yang timbul
terhadap sistem politik, para aktor serta peranannya, dan juga penampilannya.
Aktor dan peranannya contohnya
adalah pemerintah dan hak serta wewenangnya membuat peraturan, masyarakat dan
kewajibannya menjalankan aturan.
2.
Orientasi kognitif
Merupakan pengetahuan tentang kepercayaan
terhadap politik, peranan, dan semua kewajiban serta input dan outputnya.
Proses input disini merupakan
pengamatan terhadap partai politik, kelompok kepentingan sebagai sarana
penampung berbagai tuntutan. Sedangkan proses output merupakan aturan yang
dibuat oleh badan otoritatif (seperti badan legislatif), dan juga fungsi
pelaksanaan aturan oleh eksekutif (seperti birokrasi) dan juga fungsi
peradilan.
3.
Orientasi evaluatif
Merupakan pendapat dan keputusan
tentang politik secara objektif, dengan menggunakan standar nilai dan kriteria
informasi serta perasaan.
D.
BENTUK BUDAYA POLITIK
1.
Budaya Politik Primordial
Merupakan budaya politik yang
ditandai dengan ikatan-ikatan kepentingan individual atau kelompok secara
rasional yang berada di atas kepentingan bersama. Sehingga budaya politik ini
dapat memunculkan kelompok-kelompok teman sepermainan yang mengenyampingkan
kepentingan umum. Sehingga jika suatu pemerintahan menggunakan budaya politik
ini, pada suatu saat menjadi bergerak lamban dari segi progresnya, dan tidak
ada kemajuan. Bahkkan akan menciptakan lingkungan yang mudah untuk
berkembangnya korupsi karena para pemerintah orang-orang yang tergabung dalam
sebuah instansi yang dikuasai oleh budaya politik ini cenderung memikirkan
kebutuhan diri sendiri atau kelompok mereka dan untuk mencapai kepuasan mereka,
sehingga rakyat yang berada setingkat atau beberapa tingkat dibawah mereka
tidak diperdulikan.
2.
Budaya Politik Partisipan
Merupakan budaya politik yang
ditandai adanya perilaku seseorang yang menganggap dirinya atau orang lain
sebagai anggota aktif dalam lingkungan politik. Sehingga seseorang tersebut
sadar akan hak dan kewajibannya. Bahkan hak tersebut dapat digunakan untuk
menanggung kewajibannya.
Orang yang termasuk kedalam budaya
politik ini memiliki kesadaran politik yang sangat tinggi, sehingga walaupun
partisipasi yang diberikannya hanya sedikit, dapat membuat dia merasa aktif,
berarti, berperan, bahkan diperlukan dalam berlangsungnya sebuah sistem
politik.
3.
Budaya Politik Parokial
Merupaka budaya politik yang
terbatas pada ruang lingkup yang sempit, seperti budaya politik yang berlaku
pada sebuah provinsi. Sehingga perbedaan peranan politik pun sangat jarang
terjadi didalam lingkungan ini. Para pelaku politik menitik beratkan budaya ini
terhadap kesamaan dalam bidang ekonomi, keagamaan, infrastruktur, dan juga
aturan yang berlaku. Contohnya seperti pemimpin sebuah suku yang memiliki
peranan juga dalam kehidupan masyarakatnya. Individu atau kelompok yang
termasuk kedalam budaya politik ini tidak akan mengikuti arus politik yang
terjadi, kecuali itu termasuk dalam lingkup wilayahnya dan diterapkan oleh
orang-orang disekitarnya. Dalam artikata lain, jika pelaku politik tidak senang
terhadap sistem yang ada, maka ia hanya menyimpan perasaan tersebut didalam
hati, karena dia tidak bisa melawan sistem tersebut yang orang-orang
disekitarnya menjalankannya. Juga tidak tersedianya sarana atau kapasitas untuk
melawan sistem tersebut.
Faktor yang biasanya mempengaruhi
sebuah daerah atau provinsi mengaplikasikan budaya politik ini seperti pengaruh
penjajahan, dan corak otoriter.
4.
Budaya Politik Kaula
Merupakan budaya politik yang
anggota masyarakat memiliki keinginan, niat, dan minat secara penuh terhadap
keseluruhan dari sistem politik, terutama output/segala keputusan. Kecintaan
mereka terhadap sistem dapat ditunjukkan melalui perkataan, perbuatan,
pengetahuan, dan sikap terhadap sistem. Mereka bersikap seperti itu, karena mereka
menganggap tidak memiliki hak dan kewenangan untuk mengatur dan merubah sistem
yang telah ada, sehingga mereka mengikuti, menerima, saja secara pasif dengan
patuh setia terhadap segala intruksi, kebijakan dan keputusan para pemerintah
yang sedang menjabat.
Menurut pendapat mereka,
masyarakat hanyalah perlu menerima apa ada nya yang sudah menjadi kodrat.
Tingkat kepatuhan ini bersifat individual, yang mana ketika seseorang tidak
menyukai terhadap sistem politik yang sedang berlaku, ia akan menyimpan itu
didalam sanubarinya, karena tidak ada tempat, sarana maupun kapasitas untuk
melawan maupun mengubah sistem.
E.
BENTUK BUDAYA POLITIK
1. Budaya Politik Partisipatif
Merupakan budaya politik yang
melibatkan individu atau kelompok yang berorientasi terhadap struktur input,
proses, dan outpun dari sebuah sistem politik. Masyarakat yang memiliki budaya
ini sangat aktif dalam kehidupan berpolitik, dan sudah memiliki kemajuan dalam
bidang ekonomi dan sosialnya.
Masyyarakat selalu ikut serta dan
mengambil andil terhadap pengembilan keputusan publik dan juga prosesnya,
sehingga dapat menentukan tujuan dan langkah-langkah untuk mencapainya secara
bersama-sama. Masyarakat juga turut mengikuti aturan dan kebijakan yang
diberikan oleh publik dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Masyarakat
memiliki kemampuan, pengetahuan dan juga kepekaan terhadap isu-isu politik yang
terjadi, sehingga dapat mengikuti dan memberikan andil. Akan tetapi,
kenyataannya tidak ada satupun negara yang memiliki masyarakat yang menganut budaya
politik partisipatif ini secara murni.
2.
Budaya Politik Mobilisasi
Merupaka budaya politik yang
terdorong setelah diberikan rangsangan untuk memberikan andil terhadap
lingkungan dan sistem politik yang berlaku. Dorongan inilah yang membuat
individu atau kelompok dalam bentuk budaya politik ini untuk bergerak dan
mengikuti sistem politik, dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku.
3.
Budaya Politik Apatis
Merupakan individu atau kelompok
yang hanya mengabaikan pengajuan, proses, dan aturan yang berlaku
dilingkungannya mengenai sistem yang terkait dengan politik. Masyarakat
bersifat acuh tak acuh, sehingga tidak juga menghiraukan aturan yang ada.
Sistem budaya politik ini sangat buruk, dan pemerintah yang menjabat juga
mempunyai peluang untuk menciptakan lingkungan yang marak dengan KKN atau
korupsi, karena masyarakat juga tidak menghiraukan baik itu dari segi ekonomi
maupun sosial terhadap lingkungannya. Masyarakat berbuat demikian, merupakan
penyebab dari salah satu faktor tersering yaitu kurangnya kemampuan masyarakat
dari segi pengetahuan untuk mengikuti isu-isu politik yang ada.
Comments
Post a Comment